Rabu, 28 Agustus 2019

KISAH SUMPIT PANJANG

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

*Bismillahirrahmanirrahim*

_*"KISAH SUMPIT PANJANG"*_

Ada sebuah _*cerita Tiongkok kuno*_ tentang seorang Pria yang akan segera _*meninggal.*_

Dia _*ingin sekali tahu*_ seperti apa Neraka dan Surga.

Lantas dia mengunjungi seorang tua Bijak 👴🏼dan memohon Petunjuk / Nasehat tentang seperti apa _*NERAKA dan SURGA*_

Orang Bijak itu _*mengajaknya ke sebuah rumah makan unik*_ yang ada di desanya.

Dimana di Rumah makan itu menyediakan semua masakan lezat dan _*GRATIS*_, *dengan syarat hanya boleh makan di meja khusus dengan peralatan khusus.*

_*Meja khusus*_ itu adalah meja lingkaran yang berukuran besar dengan segala makanan enak terhidang di atasnya, dan _*sepasang sumpit*_ dengan ukuran _*sepanjang hampir 1 meter*_🥢🥢🥢🥢🥢 untuk mengambil makanan yang berada di tengah meja makan besar itu.

Pria 👨🏻 itu melihat beberapa _*orang yang lapar*_ ( Greedy ..karena makanan 🍜🍲🍛🥙🌮🌭🍖 itu Gratis !! ) mencoba mengambil makanan sebanyak-banyaknya, namun mereka _*kesulitan saat akan menyuapkan ke mulutnya masing-masing*_ menggunakan sumpit panjang itu.

_*Karena emosi*_, 🤨😠😡setiap orang yang berada di meja itu mengeluarkan _*sumpah serapah dan makian*_ sehingga ramai lah ruang makan itu dengan _*segala macam hujatan*_, bahkan tak jarang mereka ada yang _*berkelahi*_ 🥊🥊satu dengan yang lain.

Kata Pria itu,
" _*Aku sudah mengerti seperti apa Neraka itu sekarang tunjukkan kepadaku seperti apa itu Surga*_ "

Lalu orang 👴🏼Bijak itu mengajaknya ke ruang yang lain, dengan kondisi yang sama seperti yang sebelumnya, meja lingkaran besar dan tentu sumpit sepanjang hampir 1 meter 🥢🥢🥢🥢

Namun, begitu masuk Pria 👨🏻 itu melihat semua orang yang sedang duduk makan terlihat _*bahagia, tertawa dan bercanda*😉🙂😄😁😅_, tidak 🤗 terdengar sedikitpun makian dan sumpah serapah seperti diruang sebelumnya.

Pria itu bertanya,
_*Mengapa disini semua orang bahagia, padahal mereka mendapatkan kondisi yang sama dengan ruang yang lain*_?

Mereka bisa makan dengan tenang dan kenyang tidak seperti ruangan yang sebelumnya."

Lalu, Pria itu melihat mereka yang duduk di meja besar itu _*saling menyuapkan*_ makanan 🥓🥞🍳🍔🌭🍖🍝🍜🍲🍛🍣🌮🥙🥗dari orang yang satu kepada orang lainnya dengan sumpit yang panjang🥢😉😄🥢😁🥢🙂

Saling memberi makan satu dengan yang lain, tidak terlihat sedikitpun rebutan makanan yang dihidangkan.

Orang 👴🏼Bijak itu lalu menjawab begini:
"Jika kamu ingin merasakan _*Surga di bumi*_, berusahalah _*membantu*_ mereka yang _*kekurangan*_ dan mereka yang _*membutuhkan*_, karena Surga sedemikian sederhana,
_*SYARATNYA HANYA BERBAGI dan MELAYANI*_"

Ya, Surga itu sangat sederhana, _*mau berbagi dan melayani satu dengan yang lain.*_

Tapi jika kamu ingin  merasakan *NERAKA di bumi...*
*Cukup berperilaku :*
*Egois, tidak mau tahu, tidak suka berbagi...*
*Dan melakukan segala hal yang Alloh larang*

Mari kita saling menolong dan saling berbag...

Jumat, 02 Agustus 2019

PENYEMBAH DIRI SENDIRI

         MENYEMBAH DIRI SENDIRI

Abu Yazid al-Bustomi mempunyai murid, yang telah menjadi tokoh dan banyak pengikutnya. Muridnya tersebut selalu memakai pakaian yang menunjukkan keshalihannya, seperti baju putih, sorban, membawa tasbih dan wewangian tertentu.

Suatu saat, muridnya itu mengadu kepada Bayazid, “ Guru, saya sudah beribadah tiga puluh tahun lamanya. Saya shalat setiap malam dan puasa setiap hari, tapi anehnya, saya belum mengalami pengalaman ruhani yang  Guru ceritakan. Saya tak pernah saksikan apa pun yang Guru gambarkan.”

Bayazid menjawab, “Sekiranya kau beribadah selama tiga ratus tahun pun, kau takkan mencapai satu butir pun debu mukasyafah dalam hidupmu.”

Murid itu heran, “Mengapa  Guru?”

“Karena kau tertutup oleh dirimu,” jawab Bayazid.

“Bisakah kau obati aku agar hijab itu tersingkap?” pinta sang murid.

“Bisa, tapi kau takkan sanggup melakukannya.” Ucap Bayazid

“Tentu saja akan aku lakukan,” Sanggah murid itu.

Bayazid menjawab, “ Baiklah kalau begitu sekarang tanggalkan pakaianmu. Sebagai gantinya, pakailah baju yang lusuh, sobek, dan compang-camping. Gantungkan di lehermu kantung berisi kacang. Pergilah kau ke pasar, kumpulkan sebanyak mungkin anak-anak kecil di sana. Katakan pada mereka, “Hai anak- anak, barangsiapa di antara kalian yang mau menampar aku satu kali, aku beri satu kantung kacang.”

Lalu datangilah tempat di mana jamaah kamu sering mengagumimu. Katakan juga pada mereka, “Siapa yang mau menampar mukaku, aku beri satu kantung kacang!”

“Subhanallah, masya Allah, lailahailallah,” Kata murid itu terkejut.

Bayazid berkata, “Jika kalimat-kalimat suci itu diucapkan oleh orang yang ingkar, ia berubah menjadi mukmin. Tapi kalau kalimat itu diucapkan oleh seorang sepertimu, kau berubah dari mukmin menjadi kafir/ingkar.”

Murid itu keheranan, “Mengapa bisa begitu?”

Bayazid menjawab, “Karena kelihatannya kau sedang memuji Allah, padahal sebenarnya kau sedang memuji dirimu. Ketika kau katakan: Tuhan mahasuci, seakan- akan kau mensucikan Tuhan padahal kau menonjolkan kesucian dirimu.”

Murid itu kembali meminta, Kalau begitu berilah saya nasihat lain.”

Bayazid menjawab, “Bukankah aku sudah bilang, kau takkan mampu melakukannya ! ”
                                     ###

Itulah yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, seseorang karena rajin sholat lima waktu  berjamaah di masjid, memandang orang lain yang tidak seperti dirinya  sangat rendah dan hina, dirinya  merasa paling benar dan suci. Bahkan justru membangga-banggakan ibadahnya  kepada orang lain, sehingga muncul dalam dirinya sifat ingin dipuji dan menjadi orang yang suci, itulah yang disebut dengan Riya’.

Riya’ yaitu melakukan amal kebaikan bukan karena niat ibadah kepada Allah, melainkan demi manusia dengan cara memperlihatkan amal kebaikannya kepada orang lain supaya mendapat pujian atau penghargaan, dengan harapan agar orang lain memberikan penghormatan padanya.

Perbuatan riya’ bila dilihat dari sisi amal/citra yang ditonjolkan menurut Imam Al-Ghazali dapat dibagi atas 5 kategori, yaitu:

1. Riya dalam masalah agama dengan penampilan jasmani, misalnya memperlihatkan badan yang kurus dan pucat agar disangka banyak puasa dan shalat tahajud.

2. Riya dalam penampilan tubuh dan pakaian, misalnya memakai baju koko agar disangka shaleh atau memperlihatkan tanda hitam di dahi agar disangka rajin sholat.

3. Riya dalam perkataan, misalnya orang yang selalu bicara keagamaan agar disangka ahli agama.

4. Riya dalam perbuatan, misalnya orang yang sengaja memperbanyak shalat sunnah di hadapan orang banyak agar disangka orang sholeh. Atau seseorang yang pergi berhaji/umroh untuk memperbaiki citranya di masyarakat.

5. Riya’ dalam persahabatan, misalnya orang yang sengaja mengikuti ustadz ke manapun beliau pergi agar disangka ia termasuk orang alim.

Oleh karena itu terus gempur dan hancurkan berhala-berhala dalam diri agar hawa nafsu mendi roboh dan hancur, sehingga sifat-sifat tercela di dalam diri bisa ditundukkan dan dikendalikan. Karena banyak orang yang dari tampilannya ahli ibadah  tekun menyembah Tuhan, tetapi ternyata dia  adalah penyembah dirinya sendiri.

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, yang berbuat karena riya” (Al Maa’uun 4-6)